Status haramnya daging babi dalam Bible

Tidak jarang umat Islam mendapat pertanyaan dari penganut Kristiani mengapa babi diharamkan di dalam Islam. Umat Islam yang mendapat pertanyaan tersebut tidak jarang memberikan jawaban yang tidak tepat atau bahkan bisa dikatakan menyimpang.

Sebenarnya umat Islam bisa memberikan pertanyaan balik berupa “Bukankah di dalam Bible sendiri juga dinyatakan larangan terhadap daging babi? Lalu mengapa umat Kristiani justeru memakan daging babi?”


Mungkin tidak banyak umat Kristiani yang menyadari bahwa kitab suci mereka menyatakan larangan yang tegas terhadap daging babi. Salah satunya dinyatakan dalam Imamat 11 : 7-8 yang berbunyi “Jangan makan babi. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tak boleh dimakan dan bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram.” Larangan serupa juga tercantum di kitab Ulangan 14:8, Yesaya 65:2-4 dan Yesaya 66:17.

Pandangan yang menghalalkan daging babi di kalangan umat Kriten sesungguhnya bukan berasal dari Yesus melainkan bersumber dari pendapat St. Paul yang mengatakan bahwa segala makanan adalah suci (Roma 14:20). St. Paul juga mengklaim bahwa Yesus telah meniadakan hukum Taurat (Efesus 2:14-15) yang termasuk di dalamnya keharaman daging babi.

Kenyataannya, Yesus sendiri tidak pernah mengatakan demikian. Bahkan di dalam Matius 5:17-20, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa dirinya tidak pernah sedikitpun menghapuskan hukum yang telah ditetapkan di dalam Taurat (Perjanjian Lama). Di lain ayat juga dinyatakan dengan jelas bahwa pengikut Yesus yang setia tetap menjaga diri dari makanan haram dan najis (Kisah Para Rasul 10:14). Perlu juga diketahui bahwa St. Paul tidak termasuk salah satu dari 12 murid Yesus dan bahkan tidak pernah bertemu dengan Yesus dalam hidupnya. Lalu bagaimana mungkin ia membatalkan apa yang jelas-jelas diperintahkan/dilarang oleh Yesus?

Alasan pembolehan daging babi oleh umat Kristiani juga didasarkan atas tafsir terhadap kata-kata Yesus di dalam Matius 15:11 yang berbunyi “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.”

Padahal jika dicermati konteks ayat ini tidak ada kaitannya dengan kebolehan memakan daging babi. Ayat ini merupakan penjelasan Yesus yang mengecam perilaku munafik bangsa Yahudi yang mengabaikan ajaran utama Taurat sementara justeru mempertahankan adat-istiadat nenek moyang mereka. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan adat-istiadat tersebut adalah makan tanpa membasuh tangan.

Ini tampak dari beberapa ayat sebelumnya yang berbunyi : “Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.” (Matius 15:1-2). Dilanjutkan dengan ayat berikutnya: “Tetapi jawab Yesus kepada mereka: “Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?” (Matius 15:3). Hal ini diperjelas dengan kata-kata Yesus dalam ayat berikutnya “Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.” (Matius 15:20). Kesimpulannya pembolehan daging babi berdasarkan ayat-ayat tersebut jelas menyimpang dari pesan ayat itu sendiri.

Tinggalkan komentar